Senin, 26 Maret 2012

UNGKAPAN HATI YANG KECEWA

Kecewa…
Kesal…
Perih…
Sakit…
Itu yg kurasakan saat ini
Hri ini di dini hri yg penuh kehampaan hati
Kuputuskan tuk melepas hati ini
Dari semua ketidaknyamanan selama ini
Dari semua belenggu yg mengikat diri
Dari semua kesabaran yg kubangun hari demi hari
Kuputuskan tuk melepas cintaku untukmu
Yg telah lama kujaga dan kupupuk
Tp tak kau sirami dan kau biarkan layu
Tak kau hargai diriku, tak kau hormati hadirku
Kau jatuhkan ku ke dalam jurang terburukku
Terpuruk sndiri tanpa makna ku
kau hancurkan hati ini tnpa bersisa
Tak pernah ku merasa seburuk ini sebelumnya
Banyak harapan kucipta
Banyak impian kurangka
Tuk bersamamu bahagia
Namun harapan tinggallah harapan
Impian tinggal impian
Bahagia terbang terbawa angin
Kuharap ini terbaik untukku
Terbaik untuk buah hatiku
Dan juga untukmu
Selamat tinggal dariku…
Dari hati yg pernah mencintaimu…

UNGKAPAN HATI


Kamis, 22 Maret 2012

SEPUCUK SURAT UNTUK KEKASIH MINATO

Hari ini aku kembali ke tempat di mana semua bermula dan kemudian berakhir. Sebuah taman yang biasa kita datangi saat senja, hanya sekedar melepas rindu atau menikmati senja yang perlahan menghilang. Aku ingat satu tahun yang lalu di bulan November, di sinilah kita pertama kali bertemu. Aku dan sketsa di tanganku yang tak pernah sadar bahwa kau selalu ada ada di sana, duduk di bangku taman yang sa...ma sambil memperhatikan diriku dalam diam. Sampai akhirnya kau memberanikan diri untuk mendekatiku. Di bangku taman ini pula kau menyatakan perasaanmu, tanpa kata-kata berbunga, tanpa basa-basi dan kita jadi sepasang kekasih di tengah rintik hujan di bulan November.

Sudah hampir 6 bulan aku tak pernah lagi datang kemari. Tak ada yang berubah dari taman ini, kecuali kita. Dulu kita biasa duduk di sini sambil menikmati segelas kopi yang biasa kau beli di ujung jalan itu. Sebenarnya kau tidak suka karena rasanya terlalu manis, tapi kau bilang, ibu penjual kopinya terlihat lelah menanti pembeli, dan akhirnya kau jadi pelanggan tetap, meski tiap kali meminumnya kau pasti meringis. Kita banyak menghabiskan waktu di sini, biasanya kau bermain gitar dan aku menggambar sketsa, yang lebih banyak bergambar dirimu. Senja dan kamu yang memainkan sebuah lagu sepertinya menjadi paduan yang paling indah dalam hidupku.

Kini tempat ini begitu sepi, rintik-rintik hujan bulan November mulai jatuh perlahan, tapi aku tak perduli, aku berjalan mendekat ke arah bangku taman di mana semua cerita kita tuliskan di sana. Dadaku semakin sesak saat badanku menyentuh bangku ini, seakan ada kekuatan yang menarikku semakin dalam pada sebuah ingatan akan kenang tentangmu. Bangku ini terasa dingin, lebih dingin dari hujan yang telah membasahi sebagian bajuku. Entah bagaimana aku bisa berfikir untuk kembali lagi ke sini, seperti hendak membuka luka dan aku mulai merasakan sakit yang teramat sangat.

Tapi aku harus kembali, memberanikan diri untuk melepasmu di tempat mana kita dulu memulainya. Aku tak ingin terus menerus merindukan sebuah kenangan yang takkan mungkin bisa lagi terpeluk. Dan aku tahu, kau pasti tak ingin aku tenggelam dalam airmataku sendiri. Aku ingat, sebelum kau melepaskan tanganku di akhir perjalananmu melawan sakit yang telah kau derita bertahun-tahun lamanya, kau menyelipkan sebuah surat ke tanganku yang gemetar.

“Ini untukmu sayang”, katamu pelan.
“Baca ini di tempat biasa kita berbagi senyuman. Bacalah sambil tersenyum sayang, biar aku bisa melihat senyummu yang sehangat senja”.

Itu adalah kata-katamu yang terakhir sebelum kesadaranmu menghilang dan dua hari kemudian akhirnya kau menyerah. Hampir 6 bulan surat ini kupegang, aku tak berani membukanya. Aku tak punya keberanian untuk datang kembali ke sini sendirian tanpamu. Buatku tempat ini menjadi seperti kuburan tanpa nisan tempat kita mengubur kenangan. Dan rasanya sangat menakutkan, seperti menggali lubang kuburan kita sendiri. Jika saja aku tak melihat kalender tadi malam, mungkin aku takkan pergi hari ini. Yah, hari ini adalah tanggal dimana kita memulai sebuah cerita tentang cinta, tentang kita dan kini tentang akhir dari sebuah perjalanan.

Aku mencoba membuka surat yang kau berikan padaku, amplopnya berwarna ungu warna yang kusuka. Tanganku gemetar, aku tak ingin ada yang robek atau rusak saat membukanya. Selembar kertas surat yang juga berwarna ungu terlipat rapi, aku membukanya hati-hati. Belum lagi aku membacanya hatiku sudah tergetar, tulisan tangan ini sangat aku kenali. Tulisan tangan yang biasanya ada diantara kertas-kertas sketsaku, hanya sekedar menuliskan kalimat-kalimat lucu yang membuatku tertawa. Kali ini sebuah surat panjang yang kau buat khusus untukku dan aku tak tahu kapan kau menuliskannya. Dengan pelan kubaca huruf per huruf, kalimat per kalimat hingga aku tenggelam di dalamnya.

*******

Sepucuk surat untukmu kekasih,
Minato

Sayang, kamu tahu aku tak pandai bermain kata-kata dan aku juga bukan laki-laki yang romantis, tapi aku ingin menuliskan sebuah surat untukmu hanya untuk melihat senyummu. Aku tak ingin melihatmu menangis,karena airmatamu bisa membuat hatiku teriris pedih. Kamu ingat, saat kertas-kertas sketsamu hilang, kau menangis dalam pelukanku, hatiku sungguh sangat tak tenang dan aku mencoba mencarinya tanpa sepengetahuanmu tapi kertas-kertas itu menghilang seperti terbawa angin. Lalu aku mencoba untuk menggambar sketsa yang sama tapi kau tahu tanganku hanya bisa untuk bermain gitar dan membelai rambutmu, gambarnya jelek sekali. Aku merasa sangat sedih dan gagal tapi aku tak kehilangan akal. Aku mengajakmu jalan-jalan, ke tempat mana saja kau mau dan kau memilih pergi ke taman hiburan. Kau begitu gembira saat itu, kau lupa bahwa kau sedang bersedih karena kehilangan hasil karyamu dan aku lega bisa kembali melihat senyummu. Hanya itu yang berharga sayang, sebuah senyum senjamu.

Kekasih, saat kau membaca surat ini aku pasti sudah tidak ada lagi di sisimu, bukan karena mauku sayang! Kalau aku bisa aku akan melawan penyakit ini, aku bahkan meminta Tuhan untuk membiarkan aku terus hidup, bukan karena aku takut mati tapi karena aku tak ingin meninggalkan dirimu sendiri. Aku tak ingin kau jadi bersedih, aku tak ingin kau kehilangan senyum yang membuat wajahmu jadi teramat manis. Aku berusaha membuat surat ini menjadi romantis bahkan kuselipkan sedikit puisi tapi hasilnya malah terlihat konyol. Aku mengulangnya berpuluh-puluh kali bahkan hingga aku kehabisan kertas dan hasilnya tetap sama, akhirnya aku menuliskan kembali seperti apa adanya diriku, yang hanya bisa berpuisi dalam hati saat mengagumi kecantikanmu.

Sayangku, aku tahu setiap perpisahan pasti meninggalkan luka dan airmata tapi tidak ada yang sia-sia karena pada setiap perpisahan adalah awal pertemuan yang baru pada sebuah kehidupan yang lain. Kita mungkin punya sebuah cerita indah tapi kau harus terus melangkah karena catatan hidupmu belum berakhir, kau harus terus menuliskan cerita-cerita indah lainnya pada lembaran-lembaran kehidupanmu. Pada akhirnya aku hanya akan sebuah kenangan yang kau simpan pada sudut hatimu terdalam. Cukup kau tahu bahwa ada masa di mana kau sangat berarti bagi seseorang dan itu aku.

Berjanjilah padaku sayang, taman ini akan menjadi kenangan kita yang hanya membuatmu tersenyum bukan untuk kau tengisi, setiap kali kau ke sini kau akan membawa cerita-cerita baru, harapan-harapan baru. Jadikan taman ini sebagai tempat kau mencari inspirasi karena katanya kenangan bisa menjadi ladang ide untuk sebuah karya. Aku ingin kau menjadi wanita yang paling bahagia dan sukses, mengejar cita-cita yang pernah kau ceritakan padaku dengan mata penuh cahaya. Aku hanya ingin kau terus tersenyum, berjanjilah padaku sayang mau kan?

Oh ya sayang titip salam pada ibu penjual kopi, katakan aku menyukai kopinya meski terlalu manis, dan sepertinya aku masih ada hutang segelas kopi padanya, bisa kau pinjamkan dulu uangmu untuk membayar kopinya, nanti kalau kau ke sini aku pasti bayar….heheheee
Nah kan kau tersenyum, senyummu begitu manis… tetaplah tersenyum seperti itu kekasih, bidadariku, mutiara hatiku dan aku akan menikmati senyummu dari tempatku…

Yang mencintaimu ,

Kushina

********

Aku melipat kembali surat darimu, bulir-bulir gerimis masih menemani, wajahku basah oleh hujan dan airmata. Tapi aku berjanji akan selalu tersenyum untukmu, untuk kita dan sebuah kenangan. Taman ini tiba-tiba seperti sebuah taman yang penuh bunga, ada kupu-kupu yang hinggap di bahuku. Aku merasa dirimu menjelma menjadi kupu-kupu dan itu membuatku makin yakin bahwa; sejauh apapun kau pergi, kenanganmu akan tertinggal di hati dan di sini, tempat aku melepas kerinduan akanmu.

Aku melangkah pergi dengan langkah yang pasti, gerimis di awal bulan Desember, mengiringi langkahku menuju kehidupan yang baru, mengejar cita-cita seperti yang pernah aku ceritakan padamu. Pada saatnya nanti aku akan kembali ke sini membawa sebuah cerita baru dan selarik senyum senja untukmu....

LUPAKAN HATI INI

saat daun kering berjatuhan
angin kemarau membelai diri
ku terdiam terpaku
saat kau memilih tinggalkan ku
tapi tak mengapa
ku tak membendung tangis
kepergianmu
anugrah bagiku
semoga kau temukan kebahagiaan disana
bersamanya lalui dunia
kini ku bahagia bersama sepi
tiada yang lebih baik darimu
selain seseorang yang mau mengerti diriku
kini ku larut dalam pencarian terakhir
kuyakin Tuhan bersamaku
Kekasih Yang Tak Dianggap
aku mentari tapi tak menghangatkanmu
aku pelangi tak memberi warna di hidupmu
aku sang bulan tak menerangi malammu
aku lah bintang yg hilang ditelan kegelapan
selalu itu yg kau ucapkan padaku
sebagai kekasih yg tak dianggap
aku hanya bisa mencoba mengalah
menahan setiap amarah
aku sang bulan tak menerangi malammu
aku lah bintang yg hilang ditelan kegelapan
sebagai kekasih yg tak dianggap
aku hanya bisa mencoba bersabar
ku yakin kau kan berubah

CEMBURU

Rasa cemburu ini,
tiba-tiba muncul di saat aku menyaksikan langsung kau di rangkul oleh orang laen selain aku,
Aku tak mampu berbuat apa-apa,
Aku tak mampu mencegahnya,
Aku sadar,
aku bukanlah kekasihmu,
Yang pantas mengurusi masalah pribadimu,
Meskipun aku sangat mencintaimu,
Namun,
Rasa cintaku ini, tak mampu aku luapkan kepadamu,,
Biarlah, aku sendiri yang merasakan semua ini,
Biarlah,, rasa cintaku padamu aku pendam di dada ini,
Dan rasa cemburu yang begitu besar ini,
Biarlah menghiasi dan berlalu dengan sendiri…

MUNDUR

huh..!
rasa ini menyedihkan
ku pikir hanya aku cahayamu
ternyata bintang begitu banyak bertaburan di malammu
ini bodoh
berharap hanya aku yang selalu warnaimu
ternyata pelangi begitu indah melintas dilangitmu
ini sudah gila..!
rela tumbalkan separuh jiwa
demi sekilas senyum yang tertuju bukan untukku
Huh..!
getar ini menyakitkan
seperti tertusuk
seperti ribuan belati merajamku
terlambat..
tepiskan senyummu yang menggoda jiwa
tak mampu..
bendung gemuruh rasa yang terlanjur membara
lelah..
tapaki sejengkal pesona dari keindahan sosok mayamu, bidadari..!
tiba saatnya akhiri semua ini
aku mundur..!

KAU TAKAN KU MILIKI

ada yang tak bisa kubaca dari gerak bibirmu
ada yang tak bisa kuraba dalam hangat pelukmu
tapi pandangan matamu
masih seperti yang kulihat empat tahun yang lalu
pandangan mata yang dulu pernah menjerumuskanku
dalam dimensi cinta tak berbatas ruang dan waktu
seperti menggapai-gapai dasar
yang tak juga tersentuh
dan masih kuingat betul
betapa aku tersiksa
seperti terpenjara
saat kusadari
kau takkan kumiliki

HUJAN DI BULAN JUNI

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu